“Flash of Genius”
adalah sebuah film biografi yang menceritakan kisah seorang penemu penghapus
kaca mobil berselang (Intermittent
Windshield Wiper) bernama Robert W. Kearns beserta konfliknya dengan
Perusahaan Ford Motor yang berhubungan dengan hak paten. Film yang ditulis oleh
Philip Railsback dan disutradarai oleh Mac Abraham ini diangkat dari sebuah
artikel (The New Yorker article) yang
berjudul “The Flash of Genius” oleh John Seabrook. Alur cerita yang mundur
membuat film ini sangat menarik meskipun sedikit monoton ditengah, namun endingnya tidak mengecawakan.
Berawal dari
perjalanan sepulang dari gereja, Dr Kearns (Greg Kinnear) yang pada saat itu
mengendarai mobilnya dibawah hujan ditemani istri dan keenam anaknya merasa terganggu
dengan kerja penghapus kaca mobil (wiper) yang berjalan manual tanpa selang.
Kemudian ia berpikir mengapa penghapus kaca tersebut tidak berselang seperti
mata manusia yang berkedip setiap beberapa detik sekali sehingga memudahkan
pengendara untuk melihat jalan. Berangkat dari ide itu Dr Kearns dengan bantuan
dana dari temannya, Gil Previck (Dermot Mulroney) yang notabene adalah seorang
pengusaha dibidang otomotif, berhasil menciptakan sebuah alat penghapus kaca
berselang.
Dr Kearns ingin menjual penemuannya itu. Dr Kearns mendapatkan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil penemuannya pada para peneliti dari Perusahaan
Ford Motor yang sedang meneliti hal yang sama namun tidak berhasil. Perusahaan
Ford ingin mengetahui rancangan dari penghapus kaca berselang tersebut, namun
Dr Kearns tidak mengijinkan karena ia ingin memproduksinya sendiri bersama
anak-anaknya yang kemudian disebut dengan Kearns
Corporation. Mereka sangat terkesan dengan hasil penemuan Dr Kearns dan
menyuruh Dr Kearns membuat rincian biaya untuk per-unit penghapus kaca
berselang tersebut sebelum menandatangin kontrak. Walaupun sudah menyerahkan
rincian biaya per-unit untuk penghapus kaca berselang itu beserta sampelnya, selama
beberapa bulan masih saja belum ada panggilan dari Perusahaan Ford Motor untuk
Dr Kearns. Hingga pada akhirnya Dr Kearns tidak sengaja hadir ke pameran
peluncuran produk terbaru Perusahaan Ford Motor dan akhirnya ia menyadari bahwa
disainnya telah digunakan oleh Perusahaan Ford Motor untuk produk terbarunya
tersebut tanpa sepengetahuan Dr Kearns dan tanpa memberinya kompensasi.
Dr Kearns merasa
sangat putus asa dan ingin membawa kasus ini ke jalur hukum. Karena obsesinya
untuk mendapatkan pengakuan publik atas temuannya itu terlalu besar, Dr Kearns
mengalami gangguan saraf hingga harus menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa.
Setelah obsesinya sedikit meredah, Dr Kearns diijinkan untuk pulang. Ia
mendatangi seorang pengacara untuk meminta bantuan menyelesaikan kasus
tersebut. Namun pengacara tersebut tidak yakin bahwa Dr Kearns bisa menang
karean Ford adalah perusahaan besar. Seorang perwakilan dari Perusahaan Ford
menawarkan sejumlah uang kompensasi untuk Dr Kearns atas temuannya itu sebagai
ganti agar tidak membawa kasus tersebut ke muka hukum. Tetapi Dr Kearns menolaknya
karena ia tetap tidak diberi hak paten untuk temuannya. Karena obsesinya itu
juga akhirnya Dr Kearns harus berpisah dengan istrinya, namun demikian sang
istri tetap memberikan dukungan. Dr Kearns tidak menyerah sampai situ saja,
selama beberapa tahun ia mempelajari hukum tentang kasusnya itu hingga beberapa
tahun kemudian ia dibantu dengan anak tertuanya, Dennis (Jake Abel), mengajukan
kasus ini ke pengadilan dan Dr Kearns menjadi pengacara sekaligus mewakili
dirinya sendiri dalam sidang tersebut. Setelah melalui proses hukum yang sangat
panjang akhirnya pengadilan memutuskan bahwa Perusahaan Ford telah melanggar
hukum dan harus memberikan ganti rugi sebesar $ 10.100.000 kepada Dr Kearns.
Keinginan Dr Kearns untuk mendapat pengakuan publik atas temuannya pun
terwujud.
Kisah Dr Kearns
tersebut adalah contoh sebuah kasus tentang pelanggaran etika bisnis yang dalam
hal ini Perusahaan Ford Motor lah yang melanggar. Perusahaan Ford telah
bertindak tidak jujur dan telah mencuri disain dari Dr Kearns. Dalam dunia
bisnis tentu hal ini tidak dibenarkan. Ada etika atau suatu kode etik yang
berlaku berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dalam
berusaha. Hal itulah yang disebut dengan etika bisnis. Menurut Michael
Josephson, secara universal ada 10 prinsip etika yang mengarah ke perilaku,
yaitu: 1) Kejujuran, 2) Integritas, 3) Memelihara janji, 4) Kesetiaan, 5)
Kewajaran/keadilan, 6) Suka membantu orang lain, 7) Hormat kepada orang lain,
8) Warga negara yang bertanggung jawab, 9) Mengejar keunggulan, 10) Dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam kasus tersebut,
Perusahaan Ford tidak hanya melanggar prinsip etika yang pertama yaitu
kejujuran, tetapi Perusahaan Ford juga tidak berintegritas karena telah
melakukan perbuatan yang tidak terhormat dan melanggar janjinya dengan Dr
Kearns mengenai penandatanganan kontrak. Perusahaan Ford mencoba memberikan
uang suap agar kasus tersebut tidak diproses dimuka hukum, tentunya hal itu
sangat tidak dibenarkan dalam dunia bisnis.
Dari film ini juga
kita bisa mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita lebih berhati-hati jika
ingin melakukan kerjasama dengan orang lain. Jangan terlalu gegabah dalam
mengambil keputusan. Dan usaha keras pasti membuahkan hasil. Seperti yang
dilakukan Dr Kearns untuk memperjuangkan hak paten atas temuannya itu, meskipun
membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama.
Etika bisnis perlu
mendapatkan perhatian karena dengan etika bisnis selain menjamin kepercayaan
dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan
maju atau mundurnya perusahaan. Bisnis yang baik bukan hanya bisnis yang
menguntungkan tapi juga baik dalam proses dan bisnis yang baik belum tentu etis
tapi bisnis yang etis sudah pasti baik.
(Lia Rachmawati/115020201111038/Kelas BF)
(Lia Rachmawati/115020201111038/Kelas BF)
No comments:
Post a Comment