Saturday, 14 September 2013

Review: Flash of Genius (2008)




“Flash of Genius” adalah sebuah film biografi yang menceritakan kisah seorang penemu penghapus kaca mobil berselang (Intermittent Windshield Wiper) bernama Robert W. Kearns beserta konfliknya dengan Perusahaan Ford Motor yang berhubungan dengan hak paten. Film yang ditulis oleh Philip Railsback dan disutradarai oleh Mac Abraham ini diangkat dari sebuah artikel (The New Yorker article) yang berjudul “The Flash of Genius” oleh John Seabrook. Alur cerita yang mundur membuat film ini sangat menarik meskipun sedikit monoton ditengah, namun endingnya tidak mengecawakan.

Berawal dari perjalanan sepulang dari gereja, Dr Kearns (Greg Kinnear) yang pada saat itu mengendarai mobilnya dibawah hujan ditemani istri dan keenam anaknya merasa terganggu dengan kerja penghapus kaca mobil (wiper) yang berjalan manual tanpa selang. Kemudian ia berpikir mengapa penghapus kaca tersebut tidak berselang seperti mata manusia yang berkedip setiap beberapa detik sekali sehingga memudahkan pengendara untuk melihat jalan. Berangkat dari ide itu Dr Kearns dengan bantuan dana dari temannya, Gil Previck (Dermot Mulroney) yang notabene adalah seorang pengusaha dibidang otomotif, berhasil menciptakan sebuah alat penghapus kaca berselang. 



Dr Kearns ingin menjual penemuannya itu. Dr Kearns mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penemuannya pada para peneliti dari Perusahaan Ford Motor yang sedang meneliti hal yang sama namun tidak berhasil. Perusahaan Ford ingin mengetahui rancangan dari penghapus kaca berselang tersebut, namun Dr Kearns tidak mengijinkan karena ia ingin memproduksinya sendiri bersama anak-anaknya yang kemudian disebut dengan Kearns Corporation. Mereka sangat terkesan dengan hasil penemuan Dr Kearns dan menyuruh Dr Kearns membuat rincian biaya untuk per-unit penghapus kaca berselang tersebut sebelum menandatangin kontrak. Walaupun sudah menyerahkan rincian biaya per-unit untuk penghapus kaca berselang itu beserta sampelnya, selama beberapa bulan masih saja belum ada panggilan dari Perusahaan Ford Motor untuk Dr Kearns. Hingga pada akhirnya Dr Kearns tidak sengaja hadir ke pameran peluncuran produk terbaru Perusahaan Ford Motor dan akhirnya ia menyadari bahwa disainnya telah digunakan oleh Perusahaan Ford Motor untuk produk terbarunya tersebut tanpa sepengetahuan Dr Kearns dan tanpa memberinya kompensasi.

Dr Kearns merasa sangat putus asa dan ingin membawa kasus ini ke jalur hukum. Karena obsesinya untuk mendapatkan pengakuan publik atas temuannya itu terlalu besar, Dr Kearns mengalami gangguan saraf hingga harus menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa. Setelah obsesinya sedikit meredah, Dr Kearns diijinkan untuk pulang. Ia mendatangi seorang pengacara untuk meminta bantuan menyelesaikan kasus tersebut. Namun pengacara tersebut tidak yakin bahwa Dr Kearns bisa menang karean Ford adalah perusahaan besar. Seorang perwakilan dari Perusahaan Ford menawarkan sejumlah uang kompensasi untuk Dr Kearns atas temuannya itu sebagai ganti agar tidak membawa kasus tersebut ke muka hukum. Tetapi Dr Kearns menolaknya karena ia tetap tidak diberi hak paten untuk temuannya. Karena obsesinya itu juga akhirnya Dr Kearns harus berpisah dengan istrinya, namun demikian sang istri tetap memberikan dukungan. Dr Kearns tidak menyerah sampai situ saja, selama beberapa tahun ia mempelajari hukum tentang kasusnya itu hingga beberapa tahun kemudian ia dibantu dengan anak tertuanya, Dennis (Jake Abel), mengajukan kasus ini ke pengadilan dan Dr Kearns menjadi pengacara sekaligus mewakili dirinya sendiri dalam sidang tersebut. Setelah melalui proses hukum yang sangat panjang akhirnya pengadilan memutuskan bahwa Perusahaan Ford telah melanggar hukum dan harus memberikan ganti rugi sebesar $ 10.100.000 kepada Dr Kearns. Keinginan Dr Kearns untuk mendapat pengakuan publik atas temuannya pun terwujud.

Kisah Dr Kearns tersebut adalah contoh sebuah kasus tentang pelanggaran etika bisnis yang dalam hal ini Perusahaan Ford Motor lah yang melanggar. Perusahaan Ford telah bertindak tidak jujur dan telah mencuri disain dari Dr Kearns. Dalam dunia bisnis tentu hal ini tidak dibenarkan. Ada etika atau suatu kode etik yang berlaku berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dalam berusaha. Hal itulah yang disebut dengan etika bisnis. Menurut Michael Josephson, secara universal ada 10 prinsip etika yang mengarah ke perilaku, yaitu: 1) Kejujuran, 2) Integritas, 3) Memelihara janji, 4) Kesetiaan, 5) Kewajaran/keadilan, 6) Suka membantu orang lain, 7) Hormat kepada orang lain, 8) Warga negara yang bertanggung jawab, 9) Mengejar keunggulan, 10) Dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam kasus tersebut, Perusahaan Ford tidak hanya melanggar prinsip etika yang pertama yaitu kejujuran, tetapi Perusahaan Ford juga tidak berintegritas karena telah melakukan perbuatan yang tidak terhormat dan melanggar janjinya dengan Dr Kearns mengenai penandatanganan kontrak. Perusahaan Ford mencoba memberikan uang suap agar kasus tersebut tidak diproses dimuka hukum, tentunya hal itu sangat tidak dibenarkan dalam dunia bisnis.

Dari film ini juga kita bisa mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita lebih berhati-hati jika ingin melakukan kerjasama dengan orang lain. Jangan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Dan usaha keras pasti membuahkan hasil. Seperti yang dilakukan Dr Kearns untuk memperjuangkan hak paten atas temuannya itu, meskipun membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama.

Etika bisnis perlu mendapatkan perhatian karena dengan etika bisnis selain menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Bisnis yang baik bukan hanya bisnis yang menguntungkan tapi juga baik dalam proses dan bisnis yang baik belum tentu etis tapi bisnis yang etis sudah pasti baik. 

(Lia Rachmawati/115020201111038/Kelas BF)

No comments:

Post a Comment